investasi,

Perbandingan Tabungan bunga tinggi, Deposito, Reksa Dana Pasar Uang, dan Obligasi

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Feb 21, 2020 · 5 mins read

Judulnya lumayan panjang, hehe, dan meski ini tidak membahas perbandingan antara satu produk dengan yang lainnya, tapi lebih ke perbandingan atau manakah yang bisa dipilih dari sisi bunga yang didapat, atau apresiasi dari uang yang kita tabung atau investasikan, dan juga risiko/beban yang ada dimasing-masing produk seperti pajak dan faktor lain.

Skenario yang akan kita gunakan adalah, dengan uang sebesar Rp10.000.000, dalam rentang waktu satu tahun, manakah yang lebih besar returnnya, untuk skenario ini juga kita menggunakan data tahun 2019 saja, hasil ini dihitung di akhir, karena lebih pasti, untuk masa depan tidak ada yang tahu bagaimana kondisi ekonomi dan pasar akan bereaksi, ini bukan merupakan saran atau acuan akan suku bunga atau return dimasa depan.

Yang akan dibandingkan antara lain produk,

  1. Tabungan berbunga tinggi
  2. Deposito
  3. Reksa dana pasar uang
  4. Obligasi negara

disclaimer : kondisi perhitungan dibawah dengan menggunakan cara konservatif, angka dibagi 12, dan angka yang didapat bisa berubah, karena ada faktor compounding interest (bunga berbunga), dalam contoh ini saya coba masukkan.

Tabungan berbunga tinggi

Tabungan di bank dan yang memiliki bunga tinggi sejauh yang saya tahu baru sedikit, dan rata-rata bunga tertinggi yang saya temui di bank yang menawarkan bunga tinggi memiliki bunga sebesar s.

Dengan menabung sebesar 10juta, dan bunga 4%, maka 10.000.000 dan bunga 4% pertahun, maka nilai bunga deposito adalah 400.000/tahun (dengan compounding menjadi Rp405,919.13).

Perhitungan dalam dibagi 12 bulan, 400.000/12 = 33.333,33 (exc pajak), dikurangi pajak sebesar 20% dari bunga yang diterima, 33.333,33 - (33.333,33 * 0.2) = 26.666,66/bulan, atau 319.999.92/tahun.

Jika dengan perhitungan compounding interest: bunga yang didapat Rp324,735.30.

Deposito

Belum pernah nulis tentang apa itu deposito, coba dijelaskan di sini secara singkat, deposito adalah salah satu produk bank yang termasuk dalam kategori investasi, investasi melalui deposito ini memiliki kontrak, yang mana nasabah sepakat untuk tidak menarik uangnya dalam satu satuan waktu, kontrak biasanya dalam hitungan 1, 3, 6, 12 atau sampai 24 bulan (ada yang sampai 36 bulan), selama waktu (tenor) ini, nasabah tidak menariknya, kalaupun menarik deposito sebelum bisa ada penalti, atau tidak mendapatkan bunga dari bunga berjalan (sepertinya butuh postingan sendiri untuk deposito ini).

Diambil dari data Kontan, deposito memiliki bunga rata-rata 5% pertahun, bunga terkadang lebih besar jika tenor lebih panjang, itu praktek yang biasa di bank-bank, dan juga terkadang ada bank yang tidak menerima deposito “pecahan” 10 juta.

Jika menyimpan deposito sebesar 10.000.000 dan bunga 5% pertahun, maka nilai bunga deposito adalah 500.000/tahun (dengan compounding interest menjadi Rp509,269.29).

Perhitungan dalam dibagi 12 bulan,
500.000/12 = 41.666,66 (exc pajak),
dikurangi pajak sebesar 20% dari bunga yang diterima,
41.666,66 - (41.666,66 * 0.2) = 33.333,33/bulan atau 400.000/tahun
(atau Rp407,415.43 dengan compounding interest).

Hitungan jika kita menyimpan selama setahun, mendapatkan bunga sebesar 400.000 jika ditotalkan, akhir tahun mendapatkan ±10.400.000 (dengan compounding interest mendapatkan sebesar Rp10,407,415.43).

Hal lain dari deposito adalah sistem penyimpanannya, ada sitem ARO (ketika deposito mature, misal 1 bulan, uang dan bunga ditransfer ke saldo utama), AROP (ketika mature, uang prinsipal dimasukan kembali ke deposito, sedang bunga yang didapat dikirim ke saldo utama), AROPI (uang dan bunga dimasukan kembali ke bentuk deposito, dan terus bergulir, compounding, bunga berbunga)

Reksa dana pasar uang

Kali ini saya ambil contoh terhadap produk reksa dana yang dikeluarkan oleh bank BNI, produknya BNI-AM Dana Likuid

Saya ambil contoh rentang waktu dari 1 januari 2019 sampai 31 desember 2019, kinerja reksa dana selama setahun itu mencapai 6.67%, jadi jika kita membeli unit di tanggal 1 januari senilai 10.000.000, nilai NAB pertanggal 1 januari adalah 1477.40, maka akan mendapatkan sejumlah 6768.64 unit, dan jika dilihat pada tanggal 31 desember 2019, maka nilai investasi kita menjadi 10.667.930,14, lumayan agak lebih besar dari deposito di atas kertas.

Hal ini ini karena uang Rp10.667.930,14 belum termasuk biaya manajemen fee, berdasarkan prospektus BAB IX, sebesar berkisar maksimum 1% dari nilai dana kelola, dan bank kustodian mengambil fee sebesar 0.15%, bisa anggap biaya fee untuk reksa dana ini sebesar 1.15%.

Sekarang hitung kira-kira berapa nilai uang yang telah diinvestasikan,
10.667.930,14 * 1.15% = 10.5452.49.25.

Obligasi negara

Pada awal tahun 2019, Obligasi negara yang dijual adalah seri SBR005, tidak menyentuh dulu ke obligasi lain yang di keluarkan selain oleh negara, seperti perusahaan, karena memiliki risiko yang berbeda, untuk obligasi negara hampir tidak ada risiko, obligasi negara seri SBR005, dengan kupon sebesar 8.15% pertahun.

Perhitungan dari kupon dan jumlah yang kita investasikan, bunga 815.000/12 = 67.916,66, dengan bunga obligasi negara sebesar 15%, jadi 67.916,66 - 10.187,5 = Rp57.729.16/bulan dalam hitungan pertahun sebesar Rp692.749,92.

Instrumen obligasi ini tidak selikuid yang lain, karena dana kapital kita tidak bisa diambil dalam kurun waktu kematangan dari obligasi itu sendiri, untuk SBR005 waktu investasi adalah 2 tahun, dan untuk bunga 8.15% adalah kupon minimal (floor), artinya kupon itu tidak akan berubah sampai waktu SBR005 jatuh tempo.

Mana yang dipilih?

Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, dan untuk memilih mana yang terbaik tergantung dari apa tujuan finansialnya, misalkan untuk dana dararut, sangat tidak dianjurkan disimpan dalam bentuk obligasi karena jika terjadi darurat, dana tidak bisa diambil, sebaliknya juga jika ingin mengejar return yang tinggi dan memiliki waktu, tidak dianjurkan juga menyimpan dalam bentuk tabungan.

Jenis simpanan ini memiliki bunga yang fluktuatif seiring dengan rekomendasi bank indonesia, jadi bisa jadi turun, atau bisa jadi naik, sepanjang 2019 bunga cenderung menurun sampai akhir 2019 dan awal 2020 ini.

Dan hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pajak, jika ingin instrumen yang bebas pajak reksa dana bisa jadi pilihan, tapi instrumen itu memiliki unsur admin fee, jadi sesuaikan dengan tujuan finansial apa, lalu putuskan instrumen apa yang akan dipilih.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Skeptisme tentang Robo Advisor

Ada beberapa layanan broker investasi, terutama untuk yang menyediakan produk-produk reksa dana, yang menawarkan didalam aplikasinya ...

In investasi, Feb 15, 2023