Baru-baru ini saya mendapatkan musibah, handphone yang saya gunakan, yang mana handphone ini memang agak sulit mendapatkannya, membelinya tahun lalu ketika baru-baru ada, Google Pixel 5a 5G, yang dengan tujuan, dengan menggunakan handphone dari Google yang notabene merupakan perusahaan yang menciptakan Android, akan bisa membuat handphone yang bisa tahan lama, dan juga selalu disupport jika ada pembaruan sistem.
Tapi ternyata tidak berjalan dengan baik, dimulai dengan bootloop, handphone berulang kali restart, sampai akhirnya menyerah dan mati sama sekali.
Tidak ada cara lain, harus punya handphone baru dan (mudah-mudahan) bisa tahan lama, setidaknya bisa tetap relevan dalam 3 tahun ke depan.
Handphone ini bisa digunakan untuk bekerja dan juga untuk kebutuhan sehari-hari, komunikasi, konsumsi media, dan lainnya.
Pilihan jatuh pada handphone yang terhitung flagship, mahal, iya. Dan ini yang meninggalkan lubang di cashflow.
Dan yang terjadi, dengan membeli handphone tersebut, karena di toko yang saya mau beli tidak menyediakan cicilan 0%, karena tidak mendukung kartu kredit tertentu, jadinya harus cash keras, karena tidak memiliki uang sebanyak itu yang likuid, dan ini bisa dibilang darurat, akhirnya mengambil dari dana darurat, dan menambahkan kekurangannya.
Baca: Mempersiapkan Dana darurat
Di sini berasa sekali kegunaan dana darurat, dana yang bisa digunakan kita sebagai keluarga jika ada hal yang darurat tanpa mengharuskan pinjam, atau mencairkan deposito, atau bahkan menjual aset finansial yang dimiliki.
Yang dilakukan berikutnya tentunya mengisi kembali dana darurat tersebut, dan mudah-mudahan tidak ada kebutuhan lain sampai harus mengeluarkan dana darurat.