Dalam dunia investasi, apapun instrumennya, tidak ada yang bersifat pasti, makanya jika ada instrumen investasi dan dipasarkan dengan embel-embel return dijamin 7% atau 12% lebih baik jangan didekati, apalagi dibeli, bisa berkaca pada kasus-kasus produk-produk dari manajer investasi yang sekarang dibubarkan, dan ada yang sampai berujung pidana karena menawarkan produk yang menjamin return untuk investasi yang tidak ada yang bisa dijamin.
Tapi dengan adanya risiko, bukan berarti ini menjadi alasan untuk tidak berinvestasi.
Untuk menjadi investor memang membutuhkan kesabaran, ketekunan, ketelitian dan yang terpenting mengetahui batasan diri sendiri, karena investasi ini bagian dari mengetahui diri kita sendiri.
Terutama disaat krisis saat ini, akibat pandemi yang sedang terjadi, yang menjadikan dunia usaha, investasi, lapangan pekerjaan mengecil, ekonomi kolaps, semua berusaha bertahan hidup.
Ketika kita berinvestasi, sudah harus ditanamkan bahwa nilai investasi kita akan atau bisa turun nilainya, tergantung dari pasar dan dengan seiring waktu, investasi kita diharapkan bisa berkembang, karena waktu dan kesabaran yang akan membuat investasi berkembang dan memberi nilai bagi investor.
Jika memang akan selalu ada fluktuasi dalam investasi, apa yang sebaiknya diketahui dan bagaimana mengatur risiko ini?
1. Ketahui risiko dari masing-masing instrumen investasi
Misalkan kita memilih reksa dana sebagai instrumen investasi awal yang kita pilih, perlu diketahui reksa dana jenis apakah yang akan dipilih, dan risiko yang dibawa dari masing-masing produk.
Misalkan untuk reksa dana pasar uang, meski ini memiliki risiko rendah, tapi juga memiliki return yang rendah juga, ungkapan makin tinggi risiko makin tinggi juga return yang didapat.
kemudian misalkan Investasi di saham, atau di reksa dana saham, instrumen ini memiliki risiko tinggi, karena bertumpu pada saham, valuasi saham fluktuatif tergantung dari keadaan pasar, dan faktor-faktor lainnya, dan komponen saham di reksa dana saham dipilih oleh manajer investasi, pemilihan ini dibutuhkan skill dan bisa jadi pemilihan ini tidak optimal, yang berujung pada risiko kehilangan peluang.
Risiko-risiko pada pasar saham yang menentukan harga dari saham-saham, bisa jadi jatuh lumayan jauh, bisa jadi naik, tidak ada yang pasti, tetapi menurut penelitian, saham biasanya mendapatkan return lebih tinggi.
2. Konsisten dalam berinvestasi
Melakukan investasi misalkan setiap bulan, secara berkala dan terus menerus, akan sangat bermanfaat dikemudian hari, karena seiring waktu kita mendapatkan pertambahan nilai dari investasi kita, bisa berupa bunga, capital gain.
Dengan melakukan investasi, seiring waktu kita bisa mentoleransi naik turunnya keadaan pasar, terutama pasar efek, terlepas dari jangka waktu investasi, panjang atau pendek.
Yang terpenting dari konsistensi berinvestasi ini adalah membangun kebiasaan, kebiasaaan dalam menabung dan berinvestasi, dengan konsistensi ini bisa mengajarkan kita lebih sabar, lebih bijak dalam berinvestasi dan mengenal diri sendiri.
3. Diversifikasi pengalokasian aset
Pastinya pernah mendengar pepatah, jangan simpan telur dalam satu keranjang? kerena risiko telur pecah tinggi, begitu juga dengan investasi, jangan hanya terpaku di satu instrumen investasi, misalkan hanya investasi di saham saja, atau properti saja, lakukan diversifikasi, misalkan dengan proporsi 40% obligasi, 60% saham, atau dengan pengaturan proporsi lainnya.
Pengalokasian aset seperti di atas, ada juga hubungan dengan umur investor, biasanya semakin muda, lebih bisa berinvestasi dengan instrumen berisiko tinggi seperti saham, proporsi saham bisa lebih besar, bisa sampai 80% dalam bentuk saham.
4. Hanya investasi di instrumen yang kita merasa nyaman
Meski kita bisa melakukan diversifikasi dalam instrumen investasi, agar lebih aman dan juga lebih bisa mentolerir kehilangan dalam berinvestasi, hal ini kembali lagi ke investornya sendiri, sampai sejauh mana investor bisa menerima risiko, dan juga sejauh mana investor sanggup melihat naik turun portofolio yang dimiliki tanpa merasa sedih yang dapat mempengaruhi emosinya.
Berinvestasi diperlukan waktu dan kesabaran, dan dengan mengetahui risiko-risiko yang terpapar kita bisa menjadi lebih tenang dan lebih siap dalam berinvestasi.