personal finance,

Jangan terlalu sering melihat portofolio

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Aug 13, 2020 · 1 min read
Jangan terlalu sering melihat portofolio Photo by Will B on Unsplash

Memiliki portofolio investasi (khususnya portofolio efek) memang menarik, dan melihat pergerakan dari nilai investasi kita, datar, naik, turun, ada perasaan deg-degan, senang, kecewa, sedih, kadang nyesel kenapa ga ambil banyak, atau kenapa ambil sedikit, untung, rugi.

Semua perasaan-perasaan itu khususnya untuk yang investasi di instrumen saham atau reksa dana pasti pernah merasakan itu, apalagi dimasa pandemi ini.

Baca: Kesalahan-kesalahan yang pernah pernah lakukan ketika memilih produk reksa dana

Faktor psikologis tersebut kerap timbul ketika melihat portofolio kita, ketika login ke akun broker kita, dan itu kadang bisa membuat kita bete seharian sesudah melihat portofolio (iya, ini pengalaman).

Baca: Memonitor Portofolio

Dengan terlalu sering melihat portofolio kita, seiring dengan waktu, akan timbul keinginan untuk menjual yang mendapat cuan (untung) dan menahan yang rugi, meski ini bisa dibilang logika terbalik dari sisi investasi.

Dan juga bisa berkembang ke hal lain, kita terlalu cepat mengambil keputusan untuk menjual yang rugi, padahal sedang ada koreksi minor yang tidak lama, tapi perasaan udah campur aduk, gak rela ada warna merah di portofolio, dan juga berlaku sebaliknya, menahan terus yang menang/untung tanpa melihat pasar (silakan riset mengenai pasar minyak bumi, batubara atau biasa disebut sektor energi).

Investor merasakan sakit yang lebih ketika rugi dibandingkan kesenangan ketika mendapatkan untung” (Prospect theory, Kahneman, D., & Tversky, A. 1979), dari hasil peneliti ini, rasa sakit akan lebih terasa jika portofolio kita rugi dibandingkan ketika untung, bahkan jika portofolio turun 10%, dibutuhkan 20-30% keuntungan untuk mengobati rasa sakit tersebut, dan jika rugi lebih besar maka lebih besar pula persentase keuntungan yang harus didapat/dilihat.

Baca: Belajar dari kesalahan finansial pada umur 20an

Pasar modal memang irasional, perilaku-perilaku pelaku pasar (trader, investor) bisa berbeda dengan logika, demikian pula dengan perilaku keuangan dari masing-masing investor.

Baca: Psikologi keuangan

Cara yang paling mudah untuk menghindari efek psikologis dari investasi, sebisa mungkin kita tidak melihat akun broker kita terlalu sering, karena terkadang kita terlalu terikat secara emosional terhadap portofolio kita.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Skeptisme tentang Robo Advisor

Ada beberapa layanan broker investasi, terutama untuk yang menyediakan produk-produk reksa dana, yang menawarkan didalam aplikasinya ...

In investasi, Feb 15, 2023