investasi, saham,

Investasi jangka panjang atau relatif?

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Dec 15, 2021 · 2 mins read

Sering menulis kalimat “jangka panjang” di artikel postingan saya yang lain di seputar finansial, atau mungkin pembaca sering menemukan kalimat ini di blog/website lain, biasanya membahas mengenai berapa lama investor akan menginvestasikan dananya, untuk tujuan apa, dan kalimat “investasi jangka panjang” ini mudah diucapkan, tapi tidak mudah dijalani.

Kalau googling atau membaca artikel-artikel mengenai investasi, terutama investasi saham, biasanya diiringi dengan “saham untuk investasi jangka panjang”, atau variasi dari kalimat tersebut, saham atau turunannya, reksa dana saham, ETF saham, identik atau sering disandingkan dengan kalimat “jangka panjang”.

Tapi, seberapa lama sih jangka panjang ini? hal ini balik lagi ke investor, definisi jangka panjang apa? kalau pengertian secara umum relatif ke instrumen saham biasanya selama 5-10 tahun.

Dalam kurun waktu 5-10 tahun, atau lebih ini, seberapa kuat kita memegang saham? seberapa kuat kita melihat portofolio kita kalau turun 10, 20, 40% dalam kurun waktu tersebut?

Kadang-kadang suka ada saja cerita “sukses” atau orang yang beruntung membeli saham yang naiknya signifikan, ambil contoh gampang, $ARTO, saham Bank Jago.

Bank Jago Tbk

Naik signifikan bukan? tapi coba tanya yang beli/pegang saham $ARTO di tahun 2016-2018, kinerja sahamnya tidak begitu bagus, mungkin cenderung suram, dan tidak ada yang tahu akan setinggi apa $ARTO akan terbang.

Dan apakah ada jaminan saham $ARTO akan terus naik? tidak ada, kita hanya bisa melihat sejarah dengan memandang ke belakang.

Saham bisa turun, naik, melakukan right issue, stock split, buyback, mungkin juga turun ke saham gocap, dan hilang (delisting).

Sehingga sulit sekali untuk bisa memprediksi saham individu yang kita pilih akan terus bisa memberikan imbal hasil yang bagus untuk kita, silakan lihat nasib saham $UNVR, saham ini termasuk ke dalam saham bluechip, dengan kapitalisasi tinggi, dan juga aset yang besar, tetapi hal itu tidak menjadikan saham tersebut akan terus naik, malah sebaliknya, strategi buy and hold bisa jadi tidak tepat untuk saham ini, kenapa? jika kita beli saham ini tahun 2015, saat itu harganya hampir menyentuh 8000, dan awal 2016 melewati 8000, puncaknya di 2018 hingga 10.000.

Kalau jangka panjang kita adalah 5-10 tahun, dan membeli dari tahun 2010, diharga 2000an, kalau beli lumpsum mungkin masih ada untung sedikit, tapi untuk yang melakukan DCA, harga akan perlahan naik dan akan turun, bisa jadi untungnya akan kalah dengan ruginya, jadi, kalau kita beli dipucuk, 9000 - 10.000, ketika saham turun dari 10.000 ke 4500 sekarang ini.

Mudah untuk melihat ke belakang dan menyesal atau bersyukur atas tindakan yang kita lakukan pada saat itu, dan bisa jadi keputusan pada saat itu logis, tapi tidak untuk beberapa waktu ke depan.

Dengan memperhatikan portofolio aset, atau mungkin dengan investasi di produk yang sudah ada yang mengurus portofolio seperti ETF atau reksa dana saham bisa menjadi pilihan.

Jadi, berapa selama apa jangka panjangmu?

Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Pemisahan akun sekuritas

Memiliki satu akun broker, terutama di Indonesia yang terkadang masalah ada aja, dari mulai aplikasi tidak bisa diakses karena server...

In saham, investasi, Nov 01, 2024