Hal yang wajar jika kita melihat sesuatu berdasarkan yang pernah dilakukan di masa lalu, misalkan dipekerjaan, ketika mencari kandidat engineer, saya melakukan beberapa hal terlebih dahulu, dari penyaringan kandidat melalui cv-nya, kemudian melakukan penilaian terhadap kandidat, melihat apakah skill-nya sesuai atau mendekati dengan kebutuhan, dan mungkin juga melihat prestasi-prestasi dimasa lalu, agar setidaknya dan harapannya, kandidat tersebut bisa berkontribusi ke perusahaan.
Baca: Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja di masa mendatang
Dalam investasi, ada sedikit persamaan dengan cerita di atas, kita mencari aset yang memiliki sejarah kinerja yang bagus, kalau bisa, yang terus naik, dan bisa memberikan imbal hasil ke investornya, dan pencarian ini adalah hal yang wajar dilakukan.
Sekarang kita kembali ke tujuan investasi yang kita lakukan, investasi pada dasarnya mengharapkan imbal hasil dari dana yang diinvestasikan, bisa dalam bentuk dividen, capital gain (kenaikan nilai investasi), atau format imbal hasil lain, baik di masa kini, atau masa depan, kuncinya di kata, masa depan, kita berharap mendapatkan hasil di waktu depan yang tidak bisa kita ketahui pasti, tidak bisa diprediksi.
Baca: Ketika melihat grafik kinerja produk investasi reksa dana
Dan terkadang, sebagai investor, kita terjebak terhadap sejarah kinerja masa lalu dari suatu aset atau produk investasi, melihat kinerja masa lalu yang luar biasa, dan berharap (tinggi harapannya), aset tersebut akan terus sukses memberikan imbal hasil yang sama tinggi atau bahkan berharap bisa lebih dari yang sudah-sudah.
Kondisi mengejar kinerja masa lalu bisa berbahaya bagi investor, karena kita menjadi terlalu fokus terhadap masa lalu.
Baca: Mencari dan berinvestasi di produk reksa dana yang kinerjanya bagus
Misalkan aset emas, sebelum pandemi harganya terhitung masih tidak terlalu tinggi, tetapi ketika pandemi, harga emas langsung loncat dan sekarang bisa dibilang diangka stabil-nya, mau naik atau turun tidak begitu signifikan, tapi jika kita beli sekarang, dan berharap akan memiliki kinerja yang tinggi, dengan imbal hasil yang tinggi seperti pada awal pandemi, hal itu bisa dibilang tidak kejadian, atau agak sulit untuk mendapatkan imbal hasil yang sama.
Hal ini juga berlaku untuk produk reksa dana, saham, pada masa tahun dari sekian ke sekian bisa naik sekian persen, tapi apakah bisa terulang, tidak ada yang tahu.
Jangan menjadikan kinerja masa lalu ini satu-satunya indikator untuk keputusan beli aset, karena banyak hal lain yang bisa kita pertimbangkan, dari analisa fundamental terhadap produk tersebut, aset-aset yang didalamnya, komposisi aset (jika reksa dana/etf), dan juga pertimbangkan biaya admin pengelolaan jika ada.
Investasi dengan sabar dan konsisten menjadi kunci, tetapi tetap melakukan pekerjaan rumah kita, melihat sesekali kinerjanya, melakukan riset, jangan sampai sudah beberapa tahun malah jadinya buntung, karena itu adalah uang yang kita dapatkan dengan bekerja.