investasi,

Jangan terlalu jatuh cinta dengan portofolio

Terkadang kita menjadi sulit untuk melepaskan, melepaskan saham apa yang tidak memiliki kinerja yang oke bertahun-tahun, malah yang ada dipegang terus sampai turun dan tidak kembali lagi, tapi saking cintanya, dan berharap terus suapaya bisa naik kembali yang tidak tahu kapan.

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Jun 20, 2022 · 2 mins read

Hal ini saya pelajari baru-baru ini, ikatan emosi dan perasaan yang dikaitkan dengan portofolio yang kita punya perlahan akan membuat kita nelangsa, lebay? mungkin. Mungkin beda dalam level nelangsanya, atau mungkin sedikit kecewa, tapi meski sedikit nelangsa, tetap saja bisa menguras emosi kita, dan memandang portofolio dengan campuran emosi.

Pasar pasti akan selalu ada masa naik dan turun, ada kalanya naik tinggi, ada kalanya turun jauh, dan kecenderungannya selalu akan naik, meski ini terkadang tergantung dari aset yang kita miliki, kita ambil contoh aset saham, dan secara historis, saham cenderung akan selalu naik seiring waktu.

Efek dari kita melihat portofolio, terlepas sedang hijau atau merah, akan berimbas pada psikologi diri sendiri, bisa jadi perasaan euforia, sampai dengan perasaan menyalahkan diri sendiri jika portofolio aset yang kita punya jatuh, bisa jadi kita menyalahkan diri sendiri atas “kesalahan” tersebut, apalagi jika melihat portofolio setiap hari, atau setiap jam, padahal kitanya sedang tidak ada aktivitas jual atau beli aset.

Portofolio hijau itu secara psikologis bahagianya hanya sebentar, tapi kalo merah, bisa dua kali lebih sakit, dan bisa jadi lebih lama rasa sakitnya, dan terkadang malah membuat kita makin sering membuka aplikasi broker.

Untuk nilai portofolio turun cenderung lebih mudah daripada naik, dan untuk mendapatkan kembali kenaikan yang hilang akibat porto turun, tidak mudah, misalkan portofolio kita turun 30%, untuk kembali ke nilai sebelumnya, kita bukan lagi mengharapkan nilai porto kita naik 30%, tapi setidaknya membutuhkan kenaikan sebesar 43% untuk kembali ke nilai awal`, makin kesini makin besar persentase yang harus dikejar jika turun.

Dan begitu juga jika turun 50%, diperlukan kenaikan 100% untuk bisa kembali ke posisi awal.

Memikirkan itu menjadi lebih sakit, ya gak?

Hal lain yang terkadang dirasakan oleh investor jika terlalu cinta dengan portofolionya, terkadang susah untuk melepaskan, padahal banyak cerita mengenai saham yang turun dan sekian lama tidak balik lagi setidaknya ke nilai awal, dengan harapan akan balik lagi, mungkin naik, mungkin tidak, tidak ada yang tahu.

Tidak melihat aplikasi broker setiap waktu, lumayan bisa membantu diri kita sedikit lebih waras (lol), dan dengan memiliki pemikiran investasi jangka panjang, bisa membantu kita juga untuk terus selalu berinvestasi, tanpa harus pusing dengan kondisi pasar yang pasti akan selalu ada masa jatuhnya.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Skeptisme tentang Robo Advisor

Ada beberapa layanan broker investasi, terutama untuk yang menyediakan produk-produk reksa dana, yang menawarkan didalam aplikasinya ...

In investasi, Feb 15, 2023