personal finance,

Mengenal profil risiko diri sendiri ketika berinvestasi

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Apr 14, 2020 · 3 mins read
Mengenal profil risiko diri sendiri ketika berinvestasi Photo by Kelly Sikkema

Ekonomi dunia yang sedang diarah yang bisa dibilang tidak menentu, tak luput juga ekonomi Indonesia, karena pandemi yang sudah memasuki semua lini, pemerintah sudah mendeklarasikan Covid-19 ini sebagai bencana nasional, dan juga pemerintah Indonesia sendiri sampai mengeluarkan obligasi negara khusus untuk pandemi korona, yang akan digunakan untuk memulihkan ekonomi Indonesia, apakah pandemi ini juga mempengaruhi .

Dan disaat ini juga saham-saham terkoreksi dalam, bahkan ada yang sangat dalam, dan bisa dipastikan banyak portofolio orang-orang minus, karena memang banyak emiten yang mengalami koreksi, salah satu faktor adalah banyak orang atau institusi yang menjual portofolionya karena saat ini mungkin lebih aman memegang tunai.

Dari kejadian-kejadian saat ini, tentu berdampak pada kemauan dan kemampuan kita melakukan investasi, ada banyak ketakutan yang muncul, karena risikonya terlihat, untuk yang sudah memiliki saham, melihat portofolio-nya drop di atas 30% bahkan bisa sampai 70% drop, untuk investasi di instrumen efek lain sama ada risiko, terlebih dengan fluktuasi harga barang, pangan terutama, menjadi mahal, budget yang sudah dibangun menjadi berantakan, sehingga diperlukan dana lebih.

Dan sebagai investor, melihat keadaan ini, sekarang saat yang tepat untuk melakukan risk checkup, apakah ada perubahan dalam cara kita memandang dan melakukan investasi? dengan mengenali (lagi), mudah-mudahan bisa melewati krisis ini dan sambil masih tetap bisa menabung, dan juga berinvestasi.

Tipe Investor berdasarkan profil risiko

Profil risiko ini mengidentifikasikan dan juga membuka pikiran kita sampai ditahap mana kita bisa mempersiapkan dan menerima risiko yang terpapar diportofolio investasi kita saat ini atau nanti.

Ditipe manakah kita berada saat ini?

Tipe konservatif (risiko rendah/risk averse)

Didalam investor tipe ini, investor lebih cenderung memilih instrumen investasi yang memiliki risiko rendah, karena tidak mau terpapar risiko nilai investasi turun, atau faktor eksternal lainnya.

Instrumen seperti deposito, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, obligasi negara, dan sedikit saham, bisa menjadi pilihan, karena produk-produk tersebut bisa dibilang kecil terpapar risiko, mungkin kalau ini bisa dibilang risiko, maka ”risiko” yang ada adalah rendahnya return, karena investasi di atas terhitung rendah, meski terkadang obligasi negara ada yang memiliki return besar, hanya saja tidak setiap produk.

Tipe konservatif juga terkadang tidak menutup kemungkinan memiliki investasi dalam bentuk saham, tapi persentasinya biasanya hanya berkisar 5-10% dari total portofolio.

Meski terhitung rendah return-nya, tapi investor memiliki ketenangan akan investasinya.

Tipe moderate (menengah)

Untuk investor tipe ini, lebih bisa menerima risiko daripada investor tipe konservatif, tetapi hanya bisa mentolerir risiko dalam waktu jangka pendek saja, dan tidak ingin investasinya jatuh dalam atau uangnya ‘hilang’.

Untuk tipe investor ini bisa dipilih obligasi perusahaan, reksa dana campuran, saham bluechip dan lainnya.

Tipe investor moderate ini memiliki ketertarikan akan mengembangkan investasinya tanpa harus kehilangan banyak uang atas risiko yang terpapar dari investasi yang dipilihnya.

Portofolionya sebagai investor menengah, bisa memiliki penempatan dana investasi dialokasikan sebesar 60% di obligasi (atau cash investment equivalent lainnya yang lebih rendah risiko) dan 30-40% di saham.

Tipe agresif

Investor dengan tipe ini memiliki batas toleransi tinggi, dan memiliki kemauan dan kesiapan akan risiko yang ada, siap akan adanya potensi kehilanganan uangnya dengan harapan mendapatkan return yang lebih tinggi.

Investor ini mau berinvestasi di instrumen-instrumen yang memiliki risiko tinggi, seperti reksa dana saham, saham, properti.

Tipe investor agresif ini juga harus memiliki jangka waktu yang panjang, biasanya lebih dari 10 tahun, karena tipe ini mampu dan siap melihat keadaan fluktuasi pasar, naik, turun, dan juga portofolionya ikut naik turun, tipe ini memiliki instrumen lebih banyak dalam saham dalam portofolio investasinya, bisa lebih dari 70%, karena biasanya saham memiliki return yang lebih tinggi seiring dengan waktu (capital gain dan dividen).

Investasi adalah hal yang personal

Dengan risiko yang ada tersebut, sampai sejauh manakah kita mau dan bisa mengambil risiko tersebut, dalam hal ini risiko terhadap portofolio investasi yang kita punya.

Dan perlu diingat, investasi itu sangat personal, sangat bergantung pada pribadi seseorang, kemampuan dan kemauan menerima risiko, tidak ada ”salah tipe”, banyak faktor yang menjadikan kita berada atau memikirkan untuk berada di tipe mana sebagai investor.

Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Pemisahan akun sekuritas

Memiliki satu akun broker, terutama di Indonesia yang terkadang masalah ada aja, dari mulai aplikasi tidak bisa diakses karena server...

In saham, investasi, Nov 01, 2024