investasi,

Risiko-risiko dalam investasi

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Nov 04, 2020 · 3 mins read

Sudah lumayan sering saya menyinggung, menuliskan, bahasan mengenai risiko-risko yang mungkin bisa terjadi, terpapar dalam melakukan kegiatan investasi, risiko yang mengikuti instrumen investasi, besar kecilnya risiko tergantung dari jumlah nilai dan juga instrumen yang dipilih, tetapi bukan berarti dengan adanya risiko kita menjadi tidak mau melakukan investasi, karena itu justru yang lebih berisiko (mbulet).

Risiko, akan selalu ada, kala kita melakukan investasi atau tidak, jika tidak berinvestasi malah lebih banyak risikonya, mungkin lain artikel akan bahas ini.

Baca: Meminimalisir risiko-risiko dalam berinvestasi

Risiko tidak bisa dihilangkan 100%, dikurangi mungkin, dan mungkin kata yang lebih tepat adalah mengatur risiko, me-manage risiko yang ada dan yang mungkin ada.

Sekarang kita kenali tipe-tipe risiko yang mungkin (amit-amitnya) bisa terjadi didalam kehidupan finansial kita, kala melakukan investasi, mudah-mudahan dengan mengenali risiko-risiko ini, kita bisa lebih mawas diri dan selalu berhati-hati.

Baca: Mengenal profil risiko diri sendiri ketika berinvestasi

1. Ekonomi (makro)

Ini mungkin terlalu umum dan luas, tapi hal yang sangat mungkin terjadi, terlebih sekarang ini, ekonomi lesu karena pandemi, dan ini berimbas ke hal-hal lain, dari mulai kemungkinan pemotongan gaji, bahkan sampai ada yang kehilangan pekerjaan, Alhamdulillah untuk yang masih memiliki pekerjaan yang tidak terimbas, dan untuk yang tidak beruntung, tentu ini berimbas pada arus kas, dana yang dimiliki, hingga ke dana investasi yang dimiliki, dana tersebut bisa menjadi turun nilainya, atau bahkan kita harus mencairkan demi menutup kebutuhan-kebutuhan.

Baca: Resesi? apa yang harus diperhatikan

2. Risiko pasar

Seiring dengan ekonomi, pasar (terutama efek) juga banyak terpengaruh, terutama oleh faktor ekonomi suatu negara, karena pasar sangat rentan, risiko pasar naik, turun, juga akan berpengaruh terhadap investasi yang kita miliki.

Untuk risiko yang bersifat sistemik, mungkin tidak banyak yang bisa kita lakukan, karena ini bersifat masif, misalkan pandemi ini, yang berawal dari satu hal, berimbas ke hal lain.

Sedangkan risiko sistematik, lebih bisa kita atur, sistematik di sini, misalkan satu perusahaan yang kita pegang sahamnya mengalami penurunan nilai, hal ini tidak berpengaruh pada ekonomi secara luas, tapi secara investasi, dana kita, bisa turun drastis nilainya, atau bisa juga malah sulit untuk dicairkan.

3. Risiko likuiditas

Kas yang kita pegang adalah jenis yang paling likuid tentunya, dan uang yang ada di bank bisa kita ambil jika diperlukan, di sini, pemilihan bank juga berperan, jangan simpan dana kita di bank yang tidak dijamin oleh LPSI (LPSI menjamin uang sampai 2 milyar per-akun), dan mungkin sebagai acuan bisa melihat bank yang masuk ke dalam kategori BUKU 2 ke atas (Bank Umum Kegiatan Usaha), supaya lebih tenang saja bahwa bank memiliki cadangan dana jika terjadi apa-apa.

Likuiditas ini juga tidak terbatas pada bank, bisa juga pada broker yang kita gunakan untuk melakukan investasi, misalkan yang ramai sebelumnya mengenai kesulitan orang-orang dalam melakukan pencairan investasi emas yang mereka miliki di platform investasi emas, hal ini salah satu risiko likuiditas yang bisa terjadi.

Hal lain juga bisa terjadi di investasi saham, ketika saham yang kita pegang drop, sampai ke level tidak diperjual belikan lagi di bursa, maka dana yang kita punya akan mengalami kesulitan untuk dicairkan, dan misalkan kita memiliki investasi aset lain seperti aset rumah, tanah yang bisa jadi susah untuk dicairkan kedalam bentuk uang dengan cepat.

Dari contoh risiko likuiditas di atas terbagi menjadi 2, risiko likuiditas aset dan risiko likuiditas dana, dua risiko tersebut akan selalu ada ketika kita memiliki aset.

4. Risiko operational

Risiko ini lebih banyak terkait dengan institusi atau perusahaan yang memegang aset kita, risiko operasional bisa dikategorikan sebagai risiko tidak sistemik (unsystemic risk), karena ini terjadi ”lokal”, tidak berimbas besar pada ekonomi secara makro.

Contoh risiko ini misalkan yang terjadi pada Jiwasraya, hal ini adalah risiko yang bisa terjadi karena institusi gagal memberikan imbal hasil dari peserta, yang menjadikan kasus Jiwasraya merupakan wujud risiko likuiditas dan risiko operational.


Risiko akan selalu menyertai kegiatan investasi, terjadi atau tidaknya merupakan hal lain, yang bisa dilakukan oleh investor adalah meminimalisir risiko tersebut, dan juga mengaturnya agar risiko yang ada tidak menjadi penghalang kita untuk terus bisa investasi.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Skeptisme tentang Robo Advisor

Ada beberapa layanan broker investasi, terutama untuk yang menyediakan produk-produk reksa dana, yang menawarkan didalam aplikasinya ...

In investasi, Feb 15, 2023