personal finance,

Hati-hati dengan jebakan media sosial

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Nov 20, 2020 · 2 mins read

Jumlah pengguna media sosial saat ini sangat banyak, di indonesia sendiri pengguna internet 175.4 juta orang per januari 2020, dan pengguna media sosial 160 juta menurut data dari DataReportal, dengan jumlah sebesar itu, tentu merupakan pasar yang menggiurkan untuk penyedia jasa, penjual, atau apapun yang bisa diuangkan, ekonomi dalam dunia media sosial sangat besar, karena spending orang-orang karena melihat sosial media tinggi.

Apalagi dengan dibantu oleh hadirnya banyak influencer, orang yang memiliki follower yang banyak, dapat dengan mudah mempengaruhi keputusan seseorang akan sesuatu, bisa membeli barang, jasa, bahkan pandangan akan sesuatu, bisa sekuat itu pendekatan seseorang terhadap orang lain.

Dan juga ada sisi lain yang sangat penting dan saling berhubungan, sisi psikologi manusia ketika melihat temannya atau orang yang diikuti di-feed muncul.

Reaksinya, ada yang mengagumi, mengikuti, ada yang membahas, ada yang iri, ada yang julid, atau bahkan menghakimi orang lain berdasarkan postingannya, dari sini silakan cek kecanduan anda terhadap media sosial, apakah sudah parah atau gimana.

Yang hendak dibahas di sini adalah diri kita, psikologi kita, reaksi kita, jika melihat postingan orang lain yang sedang berlibur, apakah dalam hati sebenarnya kita iri, dan ingin pergi juga ke tempat yang sama, dengan apapun caranya, kalau perlu menjual sesuatu dilakukan, atau berhutangpun tidak masalah, yang penting bisa sama dengan ”temannya” tersebut.

Baca: Hubungan pola asuh terhadap perilaku keuangan

Atau ketika melihat “temannya” memiliki barang yang branded, orang bisa sampai berhutang demi menyamai gaya hidup orang yang dilihatnya di media sosial, membanding-bandingkan, mencoba meniru gaya hidup orang lain tidak akan ada ujungnya.

Padahal kita sendiri tidak tahu yang sebenarnya, apakah orang tersebut beneran segitu kaya-nya, memiliki barang branded, pergi ke tempat eksotis, dengan uang sendiri atau berhutang sana-sini demi menunjang gaya hidupnya.

Baca: Review: Buku Keuangan Berbasis Perilaku

Sosial media bisa menjadi racun, jika tidak di-manage dengan baik dan bisa menjadi halangan kita mencapai tujuan keuangan kita, jika kita tidak bijak dalam menggunakannya, tidak bisa menyaring apa yang menjadi keinginan kita versus dengan apa yang kita butuhkan.

Kebutuhan seperti mengumpulkan dana darurat, menabung untuk pendidikan anak, investasi untuk masa pensiun, dan lainnya.

Tentunya jika semua itu sudah ditangani, dan masih ada dana lebih, tidak ada salahnya membeli barang atau berlibur ke tempat yang keren, karena dalam hidup perlu juga kita bersenang-senang, dan jangan lupa investasi, ya!.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Skeptisme tentang Robo Advisor

Ada beberapa layanan broker investasi, terutama untuk yang menyediakan produk-produk reksa dana, yang menawarkan didalam aplikasinya ...

In investasi, Feb 15, 2023