Mencoba tetap tenang dengan kondisi pasar, berita mengenai emiten, ekonomi, pom-pom atau bahkan membuka aplikasi broker, dan info pasar, hal ini bisa mempengaruhi pikiran dan psikologi kita, terutama yang berkaitan dengan psikologi keuangan.
Baca: Buku Keuangan Berbasis Perilaku
Saat ini, saya kena lagi hahaha!, kejadiannya seperti ini, ada satu emiten yang saat itu sengaja saya lepas karena sudah +51%, ada semacam ketakutan apakah pestanya akan terus berlangsung atau tidak, dan memang, keputusan saat itu bisa dibilang tepat, ketika harga sedang turun, analisa saya, harga turun tersebut tidak menyentuh yang saya hitung, jadi tidak saya beli ketika turun tersebut karena khawatir akan terus turun.
Dan saat ini naik lagi melebihi ketika harga yang saya jual dulu.
Apa yang terjadi? tentunya sedikit kesal, ada semacam penyesalan kenapa dilepas, kalo tidak dilepas setidaknya sudah bisa 70% saat ini.
Dan kepikiran untuk masuk lagi. FOMO (Fear of missing out).
Tapi hal itu tidak saya lakukan, teringat buku yang pernah saya baca, dan review juga di sini, hal ini memang manusiawi, dan itulah bagian hal yang menjadi manusia, dan kalau tidak ditekan, akan berimbas ke hal lain, malah bete kemana-mana, ini salah satu kekurangan kita dalam berperilaku.
Nyesel gak ___, waktu harga lagi ___.
Kita ambil contoh, “Nyesel gak jual waktu harga lagi naik”.
karena pasar itu tidak rasional, bisa jadi pasar terus turun, dan kemudian menyesal kenapa gak lepas ketika sedang naik.
Penyesalan berikutnya, jika harga turun, “Nyesel gak beli waktu harga lagi turun”, kita juga memiliki penyesalan lain, menyesal kenapa ga all-in! kenapa hanya sedikit yang masuk, coba kalau…, coba kalau….., terus….
Pasar turun, ada penyesalan, pasar naik, ada juga penyesalan, siklusnya tidak selesai-selesai, karena memang itulah nature-nya dari pasar dan manusia di dalamnya.
Tetap tenang dan lanjutkan hidup?
Lagi-lagi ini mudah diucapkan daripada dilakukan, siapa yang gak ciut kalo mendengar berita salah satu emiten yang kita punya sahamnnya sedang ada masalah, dan mungkin drop 20%, ARB, siapa yang gak ketar-ketir?
Selain dengan jangan menghiraukan berita, fokus dengan dollar cost averaging, beli meski keadaan pasar bagaimana pun, menurut penelitian tetap bisa lebih besar imbal hasilnya.
Iya memang kita bisa mendapatkan imbal hasil yang besar jika memilih saham yang tepat, cuan gede! tapi untuk bisa begini, kita harus benar dua kali, benar ketika membeli, benar ketika menjual, dan jarang sekali bisa benar dua-duanya, kita akan pusing sendiri mikirin kapan harus masuk beli dan kapan harus keluar jual.
Saya sedang mencoba disiplin untuk membeli indeks saja, baik dalam bentuk produk reksa dana atau ETF, dan mencoba tidak menghiraukan derau dan hiruk pikuk, hingar bingar pasar.