Emas, sebagai logam mulia, komoditi, sudah sejak lama dijadikan sebagai simpanan, sesuatu yang berharga yang mungkin bisa dijual kembali nanti dengan harapan memiliki nilai jual yang tinggi seiring dengan waktu, dan juga permintaan akan emas, yang mana emas ini di mata orang-orang memiliki makna, atau menghargai dengan cara yang berbeda.
Sebelumnya saya pernah membahas mengenai investasi dalam bentuk emas, dan investasi emas sangat populer ketika pandemi covid-19 awal-awal, mungkin karena kepanikan orang-orang, mereka memerlukan suatu media yang bisa dipegang, yang memiliki nilai jual, khawatir kalau pegang cash akan jatuh nilainya, dan ketakutan-ketakutan seperti pasar akan hancur, negara akan gagal dan spoiler, hal yang dikhawatirkan tidak terjadi, setidaknya sampai saat ini.
Emas sebagai alat tukar
Nilai emas kalau melihat sejarah, iya, cenderung naik, tapi tidak selalu, dan sejak zaman dulu, orang-orang secara sepakat menggunakan emas sebagai pertukaran nilai, dari satu barang ke barang lain.
Zaman dulu emas dijadikan mata uang, dan sampai sekarang pun masih ada yang menggunakan emas sebagai bentuk nilai, ambil contoh dinar yang dikeluarkan oleh Wakala Induk Nusantara, dinar ini tidak digunakan sebagai alat untuk transaksi, lebih ke harta yang disimpan, dan bisa dikeluarkan zakatnya, karena setahu saya, hanya rupiah yang diakui oleh pemerintah sebagai mata uang resmi sehari-hari.
Emas sebagai media penyimpan nilai
Emas bisa dipakai atau setidaknya dipercaya sebagai media yang bisa menyimpan nilai, artinya, emas ini memiliki nilai ekonomis, bisa dijual ke bentuk lain, menjadi uang misalkan, emas dan nilai ekonomis yang dikandung didalamnya bisa berubah seiring dengan harga emas yang berlaku saat itu.
Seperti bentuk lain, misalkan obligasi, saham, hal ini juga memiliki nilai, dan memiliki karakteristik seperti emas juga dari sisi nilai, ada apresiasi dan depresiasi, tergantung dengan hukum pasar, supply dan demand.
Likuiditas emas
Seberapa cepat emas bisa dicairkan, bisa dikonversi menjadi uang, hal ini tergantung, emas tidak secepat itu diuangkan, untuk menjual emas di gerai resmi, butuh waktu, tapi mungkin untuk yang menjual antar teman/saudara bisa saja menjadi cepat, hanya saja nilai yang ditukarkan tidak akan sama dengan pasar, mungkin bisa lebih besar atau malah lebih kecil, tetapi seringnya lebih kecil, karena faktor psikologis, orang jual emas artinya orang tersebut butuh uang, jadi kemungkinan akan ditawar lebih rendah.
Apresiasi harga
Di dalam jual beli emas, terdapat 2 jenis harga, harga beli dan harga jual, harga beli artinya kita membeli emas ke gerai penjual emas, dan harga beli ini selalu lebih mahal dari pada harga jual, perbedaan harga bisa sampai 15 ribu, bahkan bisa lebih, jadi jika ada harga beli emas persatu gram-nya hari itu adalah Rp885.054 (per 16 November 2021), harga jualnya saat itu adalah Rp869.565/g, ada selisih Rp15.489, dan selisih ini bisa berubah-ubah.
Harga di atas adalah harga resmi jual dan beli emas pergram yang dilihat di sini.
Harga emas bisa berubah tergantung dengan banyak hal, misalkan sebelum pandemi harganya relatif landai, kemudian awal pandemi naik hampir dua kali lipat, dan saat ini landai lagi, jika dilihat di grafik di atas, bisa dilihat kenaikan harga emas selama kurun waktu 5 tahun.
Kenaikan ini bisa dibilang lambat jika dibanding dengan instrumen lain seperti saham, memang tidak apple to apple, tetapi ini komparasi jika memandang emas sebagai bentuk investasi.
Untuk investor ritel, pribadi, opini pribadi saya, menyimpan emas secara fisik bisa merugikan, sisi keamanan dan juga sisi psikis, memiliki barang berharga di rumah yang kita tidak tahu risiko apa yang bisa terjadi, pencurian, kebakaran, adalah 2 risiko yang terlintas, dan kita harus mengeluarkan dana untuk membeli brankas kalau mau menyimpan lebih aman, tapi faktor psikis tetap ada.
Iya, sekarang banyak layanan yang menyediakan investasi emas, beberapa aplikasi investasi seperti Tanamduit, Bareksa, bahkan Tokopedia menyediakan layanan ini.
Investasi di instrumen lain
Meski mungkin mudah bisa investasi di emas, dengan adanya aplikasi-aplikasi investasi, tapi menurut pendapat pribadi saya, saya lebih memilih investasi di reksa dana, jika kita mau membanding-bandingkan.
Baca: Otomasi investasi reksa dana dengan Bibit dan Gopay
Tokopedia memang menyediakan fitur yang nyaman, setiap ada kelebihan uang bisa dengan mudah “ditabungkan” ke dalam emas, di sisi lain, kalau kita transaksi di Tokopedia dengan Gopay, dan ada sisa uang di Gopay, saya lebih memilih belanja di Bibit yang bisa juga melakukan transaksi reksa dana dengan Gopay sebagai jalur pembayaran, dan reksa dana ada yang minimal pembelian di 10.000.
Itu saya, mungkin orang lain memiliki pertimbangan yang berbeda.