Saya pernah menulis mengenai pentingnya mengetahui, menghitung, dan juga memikirkan tentang fee yang biasanya ada, baik ketika kita menabung di bank, atau juga ketika kita berinvestasi, dan bagaiamana komponen fee bisa mengerogoti imbal hasil yang kita dapatkan.
Iya, memang melihat fee, admin, dan lain-lain, itu semua penting, terutama ketika kita dalam proses mempertimbangkan jenis atau produk investasi mana yang akan kita investasikan, dalam hal ini kita ambil contoh yang paling mudah, yakni investasi reksa dana.
Baca: Biaya transaksi jual dan beli saham (fee sekuritas dan lainnya)
Dalam reksa dana ada komponen fee dihampir setiap jenis produknya, ada yang berupa fee pembelian/penjualan, fee manajer investasi dan lainnya, di sinilah kita diharuskan untuk lebih teliti.
Kita ketahui kalau setiap produk reksa dana memiliki prostectus dan juga Fund fact sheet yang biasanya diupdate setiap bulan, dari sini bisa kita lihat komponen-komponen fee, dan juga ada yang sudah melakukan perhitungan lebih advance seperti yang dilakukan oleh Bibit, dengan langsung menghitung expense ratio dari masing-masing produk.
Baca: Produk reksa dana, expense ratio dan pendekatan desain dari Bibit.id
Memang membandingkan expense ratio/fee ini penting, setidaknya saya sendiri memiliki maksimum toleransi sebesar 1.6% untuk fee, meski ini masih terhitung besar, tapi setidaknya di indonesia, hampir tidak ada produk yang gratis fee, atau rendah banget, sampai bisa 0.03% seperti fund luar (vanguard contohnya), jadi kita stuck dengan produk-produk yang ada.
Tapi dengan adanya fee sebesar itu, bukan menjadi halangan buat saya setidaknya untuk terus berinvestasi, sebagai contoh (jangan ditiru ya, selalu lakukan riset!), saya memiliki produk reksa dana saham index 30 dari BNI (Bloomberg BNIAI30:IJ), dengan expense ratio 1.59% dan juga Bahana ABF Bond Fund (ABFII:IJ) dengan expense ratio 0.22%.
Baca: Mengapa memperhatikan biaya admin (fee) itu penting?
Apakah kedua produk itu memiliki fee yang mahal? menurut saya, iya, tapi bukan yang termahal, dan apakah produk itu optimal secara fee? menurut saya iya, selain imbal hasil yang didapat dari investasi saya, saya juga mendapatkan keyakinan atas kinerja dari manajer investasi tersebut, sejauh beberapa tahun ini tidak mengecewakan, jadi kinerja mengalahkan fee.
Poinnya adalah, banyak yang mempermasalahkan fee ini, jika kita tidak teliti dan lakukan riset terhadap produk reksa dana, iya, ini nanti bisa jadi masalah, karena dana yang kita dapatkan dengan bekerja susah payah.
Disamping fee yang ada di produk, riset terhadap kinerja MI di produk reksa dana juga penting, jika kinerja MI ini buruk, yang ujungnya malah terus menggerogoti dana kita, karena fee ini diambil dari total dana kita, dana investasi + imbal hasil (jika ada).
Jangan sampai juga niatnya menghemat malah menyusahkan diri sendiri, ragu-ragu untuk masuk ke pasar, bahkan malah numpuk uang yang dengan bunga saat ini yang kecil, tidak mendapatkan banyak imbal hasil, dan juga malah ketinggalan dari imbal hasil yang kemungkinan besar didapat dari pasar, untuk yang tidak mau pusing dengan fluktualitas dari pasar, bisa mencoba investasi pasif dengan indeks.
Baca: Index Investing (investasi Pasif)
Manurut pendapat saya (bisa beda setiap orang), jika kinerja MI/produk bagus, fee masih bisa ditolerir (karena batasan toleransi fee ini bisa berbeda tiap orang), saya akan tetap membeli produk tersebut, ada beberapa produk dari MI yang menghilangkan komponen fee-nya setelah beberapa waktu (biasanya tahunan) dan lagipula, bukannya kita akan memegang produk investasi ini bukan dalam hitungan sebentar (bulanan), tetapi jangka panjang.