Dalam berinvestasi mengandung risiko-risiko yang bisa jadi terpapar di portofolio yang kita punya, seperti yang kita tahu, setiap produk investasi memiliki risiko masing-masing, kecil, besar, dan itu terkait dengan nilai imbal hasil, high risk, high gain.
Pertanyaan ini akan selalu ada dalam aktivitas investasi, karena 2 hal ini biasanya tidak bisa berbarengan, antara risiko yang minim tapi dengan imbal hasil yang tidak bergitu fantastis, atau kebalikannya, memaksimalkan imbal hasil yang besar, tetapi dengan risiko yang tinggi, yang bisa jadi untuk beberapa waktu investasi kita tidak menghasilkan banyak, atau bahkan minus.
Semua itu ada di tangan kita untuk memilih dan membeli produk investasi yang akan kontribusi ke dalam portofolio kita dan bagaimana proyeksi yang hendak kita capai, baik target optimistis atau pesimistis.
Mengetahui tujuan finansial akan sangat membantu untuk kita memutuskan memilih produk investasi mana yang bisa kita gunakan untuk mencapainya, karena jika kita akan membutuhkan dananya dalam waktu dekat, misalkan 1-2 tahun, sangat tidak bijak untuk menginvestasikan dana tersebut di dalam produk saham, yang mana sangat fluktuatif.
Memaksimalkan Imbal Hasil
Setiap orang pasti maunya mendapatkan imbal hasil yang besar, dengan modal yang kecil tentunya, apakah ini bisa dilakukan? mungkin bisa, mungkin juga tidak, banyak sekali faktornya.
Ada istilah dalam dunia investasi, beating the market, arti sederhananya, misalkan di dalam saham di indonesia ada IHSG (index harga saham gabungan), dan index lain seperti IDX30, LQ45, apakah performa portofolio kita bisa mengalahkan kinerja index tersebut? jika bisa melewati bisa dikatakan beating the market.
Tapi sesuai dengan yang disebutkan di artikel tersebut, akan sangat sulit bisa mengalahkan pasar, ada beberapa yang bisa, tapi untuk bisa secara konsisten, sangat sulit.
Tidak ada resep mujarab yang bisa digunakan untuk bisa mengalahkan pasar, atau teknik mutakhir yang bisa mendapatkan imbal hasil 100% atau lebih dengan minim risiko.
Untuk bisa mendapatkan imbal hasil yang tinggi, biasanya dibarengi dengan instrumen investasi yang berisiko tinggi juga, risiko ini bisa dari dana investasi kita merugi dengan persentase yang lumayan, tinggal kitanya sendiri bersedia atau tidak.
Instrumen yang terbilang tinggi risikonya adalah saham, investasi di saham bisa memiliki risiko yang tinggi, dana yang kita investasikan bisa jadi turun, bisa jadi nambah, turun naik bisa sangat signifikan, dan seiring waktu, biasanya imbal hasilnya bisa besar, tetapi tentu saja ini kembali ke saham yang kita investasikan, ada yang turun dan tidak naik lagi seperti sebelumnya (hi GGRM!).
Meminimalisir risiko
Ini adalah pilihan lain dalam melakukan investasi yang berharap imbal hasil, dengan risiko yang minimal tentunya imbal hasil kecil juga, lagi-lagi tidak ada teknik yang ajaib yang bisa membuat risiko kecil tapi memiliki imbal hasil besar.
Dengan risiko yang minim, seperti deposito, obligasi negara, tabungan bunga tinggi (CASA), atau reksa dana pasar uang.
Dari contoh di atas, imbal hasil yang didapat dari instrumen di atas, bisa dalam rentang, 3-7% pertahun, kecil? memang, tapi ini relatif, karena ada faktor lain juga seperti pengaruh bunga acuan Bank Indonesia dan faktor lain.
Pilih mana?
Ini sepenuhnya kembali ke investor masing-masing, toleransi risiko yang bisa diterima seperti apa, sebesar apa, dan juga time horizon, di umur berapa kita melakukan investasi tersebut, lebih muda lebih baik, karena biasanya umur menentukan tingkat risiko yang bisa diambil oleh investor.
Makin muda risiko yang bisa diambil bisa lebih tinggi, karena jika memang ada risiko yang kena, ada waktu untuk mengejar dana yang “hilang” tersebut, dan bisa melakukan penyesuain portofolio instrumen, tetapi jangan lupa, sebelum berinvestasi, sudah punya dana darurat dulu ya!.