investasi,

Efisiensi Berinvestasi

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Nov 10, 2021 · 2 mins read
Efisiensi Berinvestasi Photo by Martin Adams on Unsplash

Pandemi mengajarkan kita untuk bisa melakukan efisiensi dan optimalisasi, ambil contoh meeting, sekarang tidak harus bertatap muka terus, sehingga kita tidak perlu melakukan perjalanan demi bisa meeting, selain ongkos yang harus keluar, juga waktu yang harus kita habiskan dalam perjalanan pergi dan pulang.

Dalam investasi pun hal serupa bisa terjadi, banyak produk investasi yang bisa dibilang tidak efisien, fee yang besar dan juga memiliki kinerja yang buruk, yang berujung imbal hasil yang tidak optimal.

Didalam investasi saham, ada istilah buy and hold, beli dan simpan sekian lama dengan harapan akan memberikan imbal hasil yang besar di masa mendatang.

Baca: Memilih saham dengan ‘mencontek’, Reksa dana/ETF dari manajer investasi

Strategi buy and hold memang bisa menguntungkan, karena jika aktif dalam bertransaksi saham, ada banyak komponen biaya yang akan ikut serta, komponen biaya ini tidak melihat kita sedang untung atau rugi, akan selalu ada fee bursa, fee broker, dan pajak, dengan hold saham tersebut lama, maka biaya yang dikeluarkan karena aktif trading bisa diminimalisir, dan biaya yang dikeluarkan bisa lebih efisien, tentunya tetap mengawasi kinerja saham yang kita miliki, karena bisa jadi banyak faktor yang bisa membuat kinerja saham tidak baik dan ujungnya kita “rugi” investasi di perusahaan tersebut.

Baca: Berinvestasi saham dengan (atau untuk mendapatkan) dividen

Salah satu efisiensi dalam investasi misalkan memilih instrumen investasi kita yang bisa dibilang efisien, ada beberapa instrumen yang bisa dibilang efisien, salah satu sisi yang dilihat dari sisi pajak, antara lain, BPJSTK JHT dan DPLK, 2 produk ini menurut saya efisien dalam memaksimalkan investasi kita, dan yang lebih penting, dilindungi oleh pemerintah, JHT dan DPLK mengajarkan kita untuk bisa secara konsisten melakukan investasi setiap bulan, bagaimanapun keadaan pasar, dan juga imbal hasilnya cukup bagus.

DPLK memiliki komponen fee, yang biasanya diambil setiap tahunnya oleh pihak penyelenggara.


Baca Juga:

Reksa dana juga bisa menjadi pilihan lain, karena tidak ada pajak yang dikeluarkan, tapi ada komponen manajemen fee yang ikut dalam produk reksa dana yang dipilih, dengan memilih fee yang lebih kecil diantara produk reksa dana, setidaknya imbal hasil yang didapat tidak akan banyak dimakan oleh MI, karena fee ini dihitung dari keseluruhan kapital + imbal hasil yang kita investasikan, dan juga instrumen ETF bisa dipilih, secara umum, ETF memiliki fee yang lebih rendah dari reksa dana konvensional.

Baca: 7 Aplikasi yang bisa digunakan untuk investasi saham, etf, reksa dana, obligasi atau produk investasi efek lainnya

Obligasi di sisi lain, memiliki komponen “biaya” yang kecil, yaitu pajak, dan kalau membeli obligasi pemerintah di pasar perdana, misalkan obligasi ST008, yang memiliki kupon 4.80% p.a, pajak yang dikenakan untuk kupon sebesar 15% dari imbal hasil yang diterima setiap bulannya, lebih rendah dari tabungan atau deposito yang 20%.

Bebas 100% dari fee, pajak dan komponen biaya yang ada didalam produk investasi sepertinya tidak ada, karena fee ini yang membuat industri ini berjalan, dan jangan juga melakukan optimalisasi berlebihan.

Join Newsletter
Get the latest news right in your inbox. We never spam!
Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Skeptisme tentang Robo Advisor

Ada beberapa layanan broker investasi, terutama untuk yang menyediakan produk-produk reksa dana, yang menawarkan didalam aplikasinya ...

In investasi, Feb 15, 2023