Sudah mulai investasi? sudah punya SID? dan sudah punya akun di ksei? bagus. berarti sudah menjadi bagian dari ekosistem investasi di indonesia agar lebih bisa maju dalam perekonomian, dan di sisi lain, kita merencanakan masa depan kita dari sekarang.
Dalam memilih instrumen investasi memang terkadang gampang-gampang susah, tapi ada beberapa hal yang bisa dijadikan patokan agar kita tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang disesali nanti.
Di sini saya tuliskan kesalahan-kesalahan yang pernah saya lakukan ketika memilih investasi produk reksa dana, pengalaman, pandangan dan ada juga kesalahan-kesalahan orang lain yang pernah saya lihat.
1. Tidak membaca prospectus dan fund fact sheet
Setiap manajer Investasi (MI) mengeluarkan prospectus dan fund fact sheet, yakni, dokumen yang berisi detail produk reksa dana yang mereka buat dan jual, tujuannya, portofolio di dalamnya, dan juga ketentuan-ketentuan lain.
Dengan tidak membaca dokumen tersebut, bisa saja menjadi fatal karena banyak hal yang bisa dilihat untuk menjadi bahan pertimbangan sebelum membeli produk reksa dana-nya.
2. Tidak mengetahui tujuan finansial
Ini kesalahan pertama yang sering dilakukan, berinvestasi tanpa mengetahui untuk apa tujuannya, kita pasti punya tujuan, hanya saja biasanya sangat umum, misalkan tujuan finansial adalah “hidup cukup dimasa tua”, tanpa detail tentang cukup seperti apa? sebulan butuh apa saja dan berapa? kira-kira saja, tidak perlu sangat detail, seperti menghitung kebutuhan sekarang ditambah inflasi, kira-kira umur 65 tahun butuh sekian perbulan.
Tujuan ini penting agar bisa membeli produk reksa dana yang tepat, sesuai dengan jangka waktu dan penggunaan, sebagai contoh, untuk uang sekolah anak, kita kemungkinan akan membutuhkannya sekitar 5 tahun lagi, investasi reksa dana yang bisa dipilih adalah pasar uang dan pendapatan tetap.
Tujuan finansial ini bisa berbeda setiap orang, makanya disebut personal finance, karena memang sangat personal, tergantung keadaan masing-masing orang.
3. Memilih manajer investasi yang tidak teruji
Terkadang kita silau dengan grafik kinerja manajer investasi yang terpampang di halaman agen penjual reksa dana, melihat data yang saat ini saja (recency bias), tanpa melihat keseluruhan waktu, dan juga MI tersebut terhitung baru dan memiliki dana kelola terhitung kecil dibanding dengan MI lain.
Memang ini bukan berarti MI tersebut jelek atau akan jelek, tapi dengan melihat MI yang memiliki track record bagus, berpengalaman, dan juga dana kelola besar, bisa menjadi satu pilihan untuk menanamkan dana kita di MI tersebut.
4. Memilih produk yang tidak sesuai dengan tujuan finansial
Ini sempat dibahas di atas, dengan pemilihan produk yang tidak sesuai akan menyulitkan kita nantinya, rencananya untuk dana sekolah tapi membeli reksa dana saham yang bisa jadi sangat rentan naik turun dalam waktu dekat.
5. Membeli produk yang memiliki fee yang tinggi
Ini salah satu kesalahan lanjutan dari nomor 1, tidak membaca prospectus dan fund fact sheet, di dokumen tersebut disebutkan fee atau biaya admin dari dana kita yang dikelola oleh manajer investasi, terkadang ada MI yang memiliki fee kelola 2.5% - 3%, belum termasuk fee yang lain, misalkan redemption, switching jika ada, dan juga fee untuk bank kustodian, itu juga ada yang mencapai 1%.
Biaya admin/fee tersebut alangkah lebih baik jika diinvestasikan, yang bisa menghasilkan lagi uang, ada MI yang termasuk active manage dengan jaminan imbal hasil tinggi tapi dengan fee tinggi juga, perlu di ingat, imbal hasil tinggi tidak akan selalu terjadi, dan dana kita yang dikelola oleh MI malah tergerus oleh fee tersebut.
6. Membeli produk reksa dana dari MI yang berbeda-beda
Ini mungkin salah satu pengamatan saya pribadi, jika membeli produk reksa dana, usahakan tidak berbeda-beda manajer investasinya, misalkan kita beli produk dari BNI-AM, atau Pinnacle, atau Syailendra, usahakan membeli produk reksa dana jenis lain di MI yang sama, karena jika kita memutuskan hendak switcing ke jenis lain, jika dalam satu MI, biasanya digratiskan.
Hal lain juga berkaitan dengan terlalu banyaknya MI yang kita beli, untuk saham sendiri saya pernah membeli dari 5 MI yang berbeda, karena hanya melihat kinerja saat ini saja, dan juga dengan banyak produk dari banyak MI malah jadi pusing ketika harus memonitor, dan ketika hendak terus berinvestasi di produk reksa dana-nya, bisa jadi akan kesulitan produk dari MI yang mana yang akan kita top-up.
Ini saya alami sendri, jadinya kurang optimal dalam pengelolaan investasi, salah satunya karena ada produk yang saya tidak top-up lama dan menjadi seperti terbengkalai dan kehilangan momentum.
7. Tidak memulai investasi
Ini bukan merupakan kesalahan dalam pemilihan produk investasi, tapi kesalahan karena tidak memulai investasi, karena waktu yang tepat untuk berinvestasi itu saat ini, dimulai saat ini, tidak ada kata terlambat, mulailah dari sekarang.
Tidak perlu langsung besar (tapi jika ada lump sum lebih baik), yang penting adalah konsistensi dalam menanamkan dana kita ke dalam produk investasi.
Bagaimana jika ada kesalahan yang sudah terlanjur?
Ini kembali ke masing-masing, saya sendiri yang saya lakukan, saya redeem produk reksa dana yang saya pikir akan menjadi masalah di kemudian hari, dan menggantinya dengan produk reksa dana yang saya rasa nyaman dikelola oleh manajer investasi yang menurut saya baik (dan murah tentunya).
Manajer investasi memang membuka banyak pintu ke instrumen-instrumen produk investasi yang kita tidak bisa masuk sebagai investor retail, misalkan obligasi perusahaan, obligasi tersebut tidak dijual bebas, tapi dengan MI kita bisa mengakses obligasi-obligasi itu.
Selalu lakukan penyaringan sebelum memilih dan menyimpankan dana kita yang susah payah kita dapatkan dengan bekerja.