Investasi saham memang menjadi menarik sekali sekarang, per akhir bulan Juli ini, melihat indeks harga saham gabungan (IHSG), ketika jatuh pada bulan Maret hingga 3900an, dan sekarang mulai rebound lagi di angka 5100an, untuk yang memiliki uang dan membeli saham yang tepat ketika sedang jatuh tersebut, sekarang bisa mendapatkan imbal yang lumayan.
Tapi, sebelum investasi saham tersebut apakah sudah memperhatikan checklist-checklist ini? checklist ini berguna agar kita tidak mengorbankan dana-dana lain yang punya dan seharusnya ada tersedia sebelum terjun ke investasi saham, karena tidak ada yang tahu masa depan seperti apa, dan juga investasi saham ini memiliki risiko tinggi (dengan imbal hasil tinggi juga), dengan adanya risiko tersebut sebaiknya selalu siap dengan kemungkinan-kemungkinan buruk.
Hal yang perlu diperhatikan,
- Dana Darurat
- Tabungan
- Budgeting
- Mempelajari instrumen-instrumen investasi
- Kenali profil risiko diri
1. Dana Darurat
Dana darurat sering saya bahas di sini, karena memang ini fondasi yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang (jika ada), dana darurat ini bisa membantu kita jika ada hal-hal yang tidak diinginkan, bisa kehilangan pekerjaan, atau ada keperluan yang sangat urgent yang membutuhkan cash.
baca: Investasi, dana darurat, dengan Deposito bertingkat (atau berjenjang?)
Apalagi disaat pandemi ini, banyak perusahaan yang membuat kebijakan dengan mengurangi karyawan atau pengurangan gaji, dana darurat ini bisa membantu jika terjadi perubahan-perubahan tersebut, setidaknya bisa bertahan sampai beberapa waktu dana darurat tersebut.Sebelum investasi saham, kita harus sudah memiliki dana darurat ini, sejumlah apa? itu kembali ke masing-masing orang, meski banyak yang berpendapat sebesar 6 bulan pengeluaran kita setiap bulannya.
2. Tabungan
Selain dana darurat, tabungan juga penting, meski mungkin untuk yang terkena imbas pandemi ini jumlah tabungan yang disetorkan bisa berkurang, tapi setidaknya kita bisa terus menabung, karena memegang uang tunai yang likuid saat ini sangat penting, bisa jadi untuk tabungan pendidikan, atau sebagai penyimpanan uang tunai dalam instrumen likuid seperti deposito.
Tabungan juga bisa diperlukan jika ada kesempatan investasi, seperti yang dilakukan oleh orang yang membeli saham atau properti ketika pandemi datang membuat jatuh pasar modal, saat ini orang-orang tersebut bisa mendapat imbal banyak.
Sebelum investasi saham, kita harus memiliki tabungan yang cukup dulu, seberapa cukupnya? ini juga kembali ke masing-masing orang, karena kebutuhan bisa berbeda-beda.
3. Budgeting
Setelah dana darurat ada, tabungan ada, kita juga sudah mulai melakukan budgeting, budgeting dana-dana yang nantinya dialokasikan untuk kebutuhan-kebutuhan kita, bisa itu belanja bulanan, tagihan, dana darurat, tabungan atau pengalokasian untuk dana investasi, apalagi dimasa pandemi ini, budgeting menjadi hal yang penting untuk kita lakukan.
Budgeting ini berguna untuk mengenal dalam kondisi apa keuangan kita saat ini dan bisa memproyeksikan keuangan dimasa depan.
Ada banyak alat yang bisa membantu kita untuk budgeting ini, dari mulai kertas biasa, Spreadsheet, atau pakai aplikasi khusus (baca review saya tentang aplikasi MoneyLover).
4. Mempelajari instrumen-instrumen investasi
Setelah komponen-komponen di atas ada, dilevel ini kita bisa lebih banyak ketenangan (seharusnya), dan bisa lebih banyak waktu untuk membuat kita lebih terinformasi dengan mempelajari instrumen-instrumen investasi yang sesuai dengan keadaan kita saat ini, misalkan hendak berinvestasi di reksa dana.
Ada banyak instrumen investasi, dengan risiko-risiko yang dibawanya, ada yang dengan risiko rendah sampai tinggi.
Belajar tentang hal ini penting agar jangan sampai kita terjebak di investasi yang tidak jelas, atau investasi bodong, dan juga bisa lebih menyesuaikan dengan tujuan-tujuan finansial kita yang direncanakan, panjang, pendek, kita yang tahu.
5. Kenali profil risiko diri
Setelah mempelajari mengenai instrumen-instrumen investasi, mempunyai budget, dan juga dana yang kita punyai, serta tujuan finansial yang kita punya, di sini kita coba kenali profil risiko kita, sebelum memulai investasi.
Instrumen apa yang bisa kita investasikan, dengan sebesar apa risiko yang bisa kita tanggung, jika ada risiko kehilangan atau berkurang.
Jika ada instrumen yang sesuai dengan profil risiko kita, misalkan kita tidak bisa mentolerir kehilangan > 30% dari dana investasi kita (ini bisa berbeda tiap orang), maka lebih baik memilih investasi yang memiliki risiko rendah, atau bisa juga dengan melihat tujuan finansial kita, untuk jangka pendek, sama, kita bisa memilih dengan menginvestasikan dana kita ke instrumen risiko rendah juga, dan untuk jangka panjang, kita bisa memilih saham sebagai salah satu instrumennya.
Apakah kita sudah siap dan cukup untuk berinvestasi di saham?
Menurut penelitian, untuk investasi jangka panjang memang saham merupakan instrumen investasi yang memiliki imbal hasil yang lebih tinggi daripada instrumen lain, tapi hal ini tidak datang dengan tanpa risiko, dan risikonya tidak sedikit, kita bisa kehilangan 70-90% dana kita jika melakukan investasi saham yang serampangan.
Ilmu-ilmu mengenai valuasi saham, membaca laporan keuangan satu perusahaan emiten adalah hal yang menjadi pertimbangan awal ketika memilih saham apa yang akan kita beli.
Jadi, jangan karena melihat hasil orang lain yang bisa mendapatkan puluhan persen untung (cuan) dari hasil trading saham membutakan kita dan lupa dengan komponen yang seharusnya ada sebelum terjun ke saham ini.
Tanpa ilmu yang memadai, dan risiko yang tinggi, berinvestasi saham ini ujung-ujungnya jadi spekulasi, bukan investasi.