Pada artikel sebelumnya, ditulis mengenai pemisahan rekening, antara rekening menabung dan rekening konsumsi, ya, tentunya pemisahan itu bisa berarti membuka akun di bank lain, dan juga mengenai bagaimana mengatur budget dengan cara pemisahan rekening (amplop).
Keuntungan yang ada dengan memisahkan akun bank, buat saya sendiri setidaknya, lebih banyak ke sisi psikologis, dan menurut saya lebih gampang mengaturnya, untuk belanja misalkan menggunakan BCA, untuk rekening deposito menggunakan Jenius.
Kita namai akun bank atau rekening ini sesuai dengan penggunaannya.
1. Rekening konsumsi
Rekening ini bisa dibilang, rekening yang kita pakai untuk tujuan transaksi yang sifatnya konsumsi, misalkan belanja bulanan, saya lebih memilih menggunakan BCA dan Jenius (dengan xCard-nya).
Alasannya hanya karena BCA lebih banyak diterima oleh merchant-merchant, juga banyak ATM-nya jika memerlukan uang tunai, kalau bisa jangan menyimpan semua dana di BCA jika BCA digunakan sebagai sarana transaksi sehari-hari, risiko keamanan harus dijaga juga, dan untuk Jenius digunakan untuk transfer ke GoPay, OVO, e-wallet yang bisa menggunakan debit, atau belanja online.
Di Jenius dan BCA, saya juga menggunakannya sebagai rekening untuk membayar listrik, internet, servis berlangganan, telepon, cicilan-cicilan (kalau ada), untuk Jenius tidak ada biaya admin, untuk BCA jika transfer ke lain bank, akan dikenakan biaya.
Dan bisa juga disubtitusikan dengan membuka rekening di bank digital, karena biasanya bank digital rendah fee, atau bahkan tidak ada fee sama sekali.
2. Rekening dana darurat
Untuk rekening dana darurat, teorinya berkisar antara 3-6 bulan pengeluaran, saya menggunakan MaxiSaver dari Jenius, dengan bunga yang saat artikel ini ditulis mencapai 5.5% p.a, karena namanya dana darurat, maka hanya akan digunakan ketika darurat, beli Boba bukan hal yang darurat.
Dan dengan menyimpan di MaxiSaver ini, selain bisa bertambah dengan keajaiban bunga bank, juga ada lapisan tambahan, kita harus mencairkan MaxiSaver tersebut, dengan konsekuensi kita tidak mendapatkan bunga bulan itu.
Untuk dana darurat, saya tidak mengandalkan MaxiSaver Jenius semua, karena untuk bisa membuka MaxiSaver minimal ada 10 juta, kadang menyimpannya dulu di FlexiSaver atau DreamSaver sampai mencapai angka cukup, atau cara lain, dengan menabungnya ditabungan bank lain, di sini saya juga menggunakan Digibank dari DBS untuk ‘kantong lain’, dengan itu tidak perlu memecah MaxiSaver (minimal pecah 10 juta).
Opini saya, dana darurat tidak selalu harus dalam bentuk uang tunai semua, misalkan ditentukan, untuk 3 bulan dalam bentuk tunai, 3 bulan berikutnya dalam bentuk reksa dana pasar uang, tapi ini tergantung pada masing-masing orang, ada yang lebih tenang dalam uang tunai semua, karena lebih cair.
3. Rekening Investasi
Untuk rekening investasi, ada yang menggunakan BCA, karena rekening RDN saat ini menggunakan BCA untuk keperluan membeli saham, reksa dana, dan lainnya, biasanya broker-broker menggunakan BCA untuk transfer, tetapi tabungan tahapan BCA sendiri tidak dapat diharapkan sebagai tabungan investasi, karena bunganya kecil sekali.
Untuk menabung dengan tujuan investasi, seperti di atas, saya menggunakan Jenius MaxiSaver atau deposito-nya, agar uang bisa lebih berkembangs maksimal.
Rekening bank lain yang saya gunakan untuk investasi adalah BNI, lebih tepatnya produk BNI Simponi, sebuah tabungan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan, akan dibahas lain waktu) yang dimiliki oleh BNI.
BNI ini, untuk rekening tabungan biasa, ada fee admin sebesar Rp11.000 untuk bea rekening, dan Rp4.000 untuk bea kartu (yang sebetulnya tidak pernah dipakai transaksi, kartu biasanya diperlukan untuk verifikasi di cabang), total pengeluarannya setiap bulannya Rp16.000.
Memang terlihat pusing mengatur banyak rekening bank, tapi sepengalaman saya hanya pada awalnya saja, karena kalau sudah terbiasa, rekening-rekening itu bisa dibayangkan seperti amplop, di kepala sudah dipetakan arah uang ini buat apa, dan disimpan di rekening apa sebaiknya, semakin lama semakin biasa.