personal finance, investasi,

Investasi untuk hari tua hanya dengan BPJS JHT (Jaminan Hari Tua), cukupkah?

Deden Fathurahman Deden Fathurahman Follow Aug 04, 2021 ยท 3 mins read
Investasi untuk hari tua hanya dengan BPJS JHT (Jaminan Hari Tua), cukupkah? Photo by Emma Francis via Unsplash

TL;DR; tidak. Saya coba bahas dari sisi kenapa tidak cukup jika ingin pensiun hanya dengan JHT dari BPJSTK, karena beberapa hal yang akan dicoba dijabarkan di sini, antara lain,

Limitasi jumlah kontribusi bulanan

Pertama untuk BPU (Bukan Penerima Upah), BPJSTK jenis ini memiliki maksimal total kontribusi perbulannya adalah sebesar 627.000, hal ini tergantung dari paket produk yang dipilih, biasanya Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), dengan pembagian untuk JHT sebesar 414.000, kontribusi ini tidak bisa lebih, setidaknya untuk saat ini, plafon penghasilan tertinggi sebesar 20 juta, meski misalkan peserta itu berpenghasilan lebih dari 20 juta, kontribusi tetap di angka 627.000 perbulan, tentunya makin kecil penghasilan makin kecil pula jumlah kontribusi.

Baca: Investasi ofensif dan defensif

Kemudian untuk PU (Penerima Upah), menariknya, kontribusi untuk BPU ini masih bisa naik turun kontribusinya, sejauh ini belum ada batasan jumlah, jadi, kontribusi ini relatif ke pendapatan perbulan dari peserta, bisa jadi kecil, besar, atau naik turun karena tergantung dari pendapatan peserta perbulan tersebut.

Limitasi frekwensi kontribusi

Untuk JHT (baik PU atau BPU), kita tidak dapat melakukan penambahan kontribusi, maksudnya gini, misalkan kita mendapatkan bonus, atau THR, uang tersebut tidak dapat seenaknya ditransfer ke akun BPJSTK kita, harus nunggu kontribusinya di bulan berikutnya.

Meski bisa melakukan pembayaran untuk beberapa waktu ke depan, misalkan dengan melakukan pembayaran 6 bulan ke depan sekaligus, tapi tetap saja, jumlah yang dikontribusikan tetap.

Supaya cukup bagaimana?

Di sini saya coba mengukur diri sendiri ya, jadi mungkin kategori cukup atau tidak kembali lagi ke orangnya, mengukur antara kebutuhan sekarang dan kemungkinan kebutuhan nanti di hari tua, dengan apa kita bisa menambahkan kendaraan yang bisa kita pakai untuk kebutuhan pensiun.

DPLK

Saya menambahkan DPLK dalam strategi dana pensiun selain JHT.

Untuk DPLK, ini hampir mirip dengan BPJSTK JHT, dan memang diperuntukkan untuk pensiun, sesuai namanya, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, DPLK bisa dibuka melalui perusahaan tempat bekerja, atau bisa mandiri, kita buka rekening DPLK secara pribadi, saya sendiri membuka DPLK di bank BNI, karena alasan kepraktisan saja, sudah memiliki rekening BNI.

Di artikel ini tidak akan membahas detil mengenai DPLK ya, lumayan panjang dan harus diurai.

Perhatikan biaya DPLK

Pemilihan provider DPLK juga musti hati-hati, perhatikan dan baca baik-baik Peraturan Dana Pensiun (PDP) dari masing-masing produk DPLK yang dikeluarkan oleh provider, terlebih perhatikan biaya pengelolaan dana peserta, terkadang ada yang menerapkan tarif pengelolaan yang tinggi, ada yang pernah saya baca bisa maksimal sampai 7% dari total dana kelola peserta, itu tinggi sekali, karena imbal hasil sifatnya tidak pasti, sedangkan fee itu pasti.

Didalam DPLK kita bisa menentukan tipe investasi, saya memilih tipe yang sedikit lebih agresif, dengan lebih banyak porsi ke dalam bentuk saham dan sisanya ke pasar uang, dengan masa investasi sampai umur pensiun.

Tipe investasi bisa diubah seiring dengan selera risiko kita, karena kalau investasi saham di usia lanjut, agak riskan, karena volatilitas dari pasar saham sendiri yang lumayan fluktuatif.

Untuk DPLK, semua berjalan otomatis, akan didebit setiap waktu yang disepakati, jadi semua bisa dibuat otomastis.

Banyak provider DPLK yang bisa dipilih, mungkin nanti akan mencoba membahas topik ini lebih jauh ya!

Menjadi investor swakriya

Untuk menambah kontribusi ke dana pensiun kita, pastinya dengan menambahkan beberapa strategi lain, lebih besar kontribusi lebihg baik, adalah dengan menjadi investor swakriya, terus belajar dan menyusun produk-produk yang bisa dijadikan investasi secara mandiri, seperti tujuan blog ini dibuat (dan blog lainnya).

Baca: Menjadi Do It Yourself (D.I.Y) Investor

Pada awalnya bisa sangat membingungkan, karena banyak sekali produk dan untuk mengambil keputusan dari produk yang banyak bisa melelahkan, itulah kenapa untuk investor pemula disarankan menggunakan reksa dana dulu sebagai permulaan (pasar uang atau pendapatan tetap).

Baca: 7 Aplikasi yang bisa digunakan untuk investasi

Alokasi aset bisa berubah seiring dengan kebutuhan dan juga waktu, di sini investor swakriya (D.I.Y) diperlukan kreativitas dan pengambilan keputusan.

Untuk investor swakriya yang menginginkan investasi yang gak ribet, tenang, ada juga kok produk yang bisa digunakan, investasi seperti ETF atau Index bisa digunakan.

Baca: Investasi pasif dengan Index Investing

Dan sebagai investor, kita tetap harus memonitor, rebalancing, melihat kinerja produk yang kita punya, karena ini adalah uang yang kita dapatkan dengan jerih payah kita, setidaknya kita tahu kemana uang tersebut pergi dan bagaimana perkembangannya.

Deden Fathurahman
Written by Deden Fathurahman Follow
Writer at Seputar Finansial, engineer, love technology and geeking about finance, intertwine both world.
Read next

Pemisahan akun sekuritas

Memiliki satu akun broker, terutama di Indonesia yang terkadang masalah ada aja, dari mulai aplikasi tidak bisa diakses karena server...

In saham, investasi, Nov 01, 2024